“Pertama kali aku tergugah, dalam setiap kata yang kau ucap bila malam telah datang terkadang ingin kutulis semua perasaan”
Sekuel film Ada Apa Dengan Cinta? (AADC 1) yang mendulang sukses pada 2002 sekaligus melambungkan kru film itu akhirnya muncul juga. Yess! Tepat hari ini Film AADC 2 akan melanjutkan kisah cinta yang tak terselesaikan dan tak ada titik temu antara Cinta (Dian Sastrowardoyo) dengan Rangga (Nicholas Saputra). Apakah kisah cinta antara Cinta dan Rangga ini berlanjut, ataukah putus?
Entah mengapa sepanjang hari kemarin pascapremier, saya belum menemukan secara pasti gambaran akhir cerita film yang ditunggu-tunggu jutaan para penggemar ini. Adakah semacam perjanjian antara sang produser dengan para pewarta? Yang jelas mereka –yang sudah nonton- enggan berbagi. Padahal para penggemar sudah ‘kepo’ pengen tahu, malah ada yang pengen nonton kalauhappy ending.
Well, menyaksikan film yang sudah ditunggu-tunggu seperti AADC 2 ini, pasti akan menimbulkan ekspektasi besar di benak penonton. Benarkah demikian?
Ciuman yang Dinanti Setelah 14 Tahun
Masih ingatkah tentang AADC 1, adegan terakhir yang di bandara itu, Cinta dan Rangga melakukan ciuman. Iya, kissing. They did it. They kissed each other in public place. Bibir mereka saling berpagut kemudian secara perlahan mendekatkan satu sama lain, menempelkan bibir mereka masing-masing. #sudahcukup
Oke, intinya mereka berciuman ya, dan itu cuma dilakukan sekali di film premisnya. Adegan ciuman bibir di AADC 1 ini telah menjadi bagian besar dalam sepanjang sejarah perfilman Indonesia. Dan itu sangat memorable. Apalagi saat selesai berciuman, Cinta menggigit bibirnya. Aw…itu adegan yang membuat semua mata pria membeku karena membayangkan bibirnya neng Dian. Duh, bener gak sih?
Bagi perempuan ya pasti membayangkan sosok Nicholas –maaf saya mendadak kehilangan ide jika harus membahas karakter utama pria di AADC ini, karena saya lebih suka membahas neng Dian-. Ciuman di AADC 1 yang cuma sekali itu saja sudah membikin jantung para penonton berdegup, nah jika di AADC 2, ciuman yang mereka lakukan tidak hanya sekali. Tapi beberapa kali –semoga lolos dari proses gunting sensor-. Nanti Anda hitung saja sendiri ada berapa ya, hehe.
Adegan ciuman bibir di dalam film Indonesia –sebagaimana yang ditampilkan dalam AADC 2– masih dianggap sebagai adegan yang belum pantas untuk ditampilkan secara terang-terangan kepada anak di bawah umur. Adegan yang masih dianggap tabu. Walaupun para orangtua bisa saja sih menjelaskan mengenai adegan per adegan kepada anak anda.
FYI, AADC 2 ini dimasukkan dalam kategori film 13+ oleh Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia yang sama dengan klasifikasi film-film Warkop era ‘80an dan ‘90an. 13+ ini maksudnya adalah penonton yang masuk ke dalam gedung bioskop adalah mereka yang sudah berusia 13 tahun ke atas, dan harus dalam pengawasan orangtua.
Mengapa begitu? Karena jalan cerita, dialog, dan adegan yang ditayangkan itu belum tentu sesuai untuk ditampilkan bagi anak-anak yang berusia kurang dari 13 tahun. Kira-kira adegan atau dialog apa ya yang belum sesuai untuk usia mereka?
Tapi sebaiknya sih saran saya, Anda tidak perlu mengajak serta mereka dech. Asli serius saya tekankan kepada Anda yang mempunyai anak di bawah 13 tahun, untuk tidak usah mengajak anak Anda masuk ke dalam ruang studio. Titipkan anak anda kepada pengasuhnya atau kepada kerabat anda. Poin plusnya bisa ‘pacaran’ lagi dengan pasangan Anda.
Nostalgia antara Cinta-Rangga dan Kita
Jarak waktu antara AADC 1 dan AADC 2 adalah 14 tahun. 14 tahun, bayangkan. Banyak hal yang terjadi selama 14 tahun ini. Dalam kehidupan Anda sendiri, wahai para pembaca, dalam 14 tahun ini sudah banyak hal yang terjadi kan? Termasuk juga Anda bertemu dengan sosok baru, mempelajari hal-hal baru, bahkan mungkin kehilangan sosok berharga dalam hidup anda.
Pun demikian dengan karakter-karakter yang ada dalam AADC 2. Banyak hal dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan dari masing-masing karakter AADC.
Mari kita uraikan satu per satu karakter AADC ini ya. Kita mulai dengan Cinta. Karakter yang satu ini tidak akan habis saya perbincangkan dalam sehari semalam. Cinta tadinya adalah seorang juara puisi, pemimpin redaksi majalah dinding SMA sekaligus pemimpin di kelompok gank gadis cantik, dan merupakan tokoh sentral dalam AADC 1.
Saat ini -setelah 14 tahun berlalu dalam perhitungan proses produksi, namun terhitung hanya berjarak 9 tahun dari cerita premisnya- Cinta digambarkan sebagai sosok wanita metropolitan modern yang teramat sempurna. Ibarat kata, seperti Carrie Bradshaw dalam serial Sex and The City, yang cantik, modis, glamour, berbibir merah merekah, tinggal di kota Metropolitan, dan mempunyai karier bagus yang meningkat. Ah pria mana yang tak akan terpesona.
Cinta dikisahkan tengah mempersiapkan pernikahannya dengan Trian (Ario Bayu), sesosok pria berkulit hitam legam yang sedikit lebih ramah daripada Rangga. Dan sayangnya, Cinta masih saja baper (bawa perasaan) dan galau setiap kali dia teringat tentang sosok Rangga, pria yang meninggalkannya tanpa kejelasan nun jauh di sana di belahan bumi lain yang bernama New York.
Dalam AADC 2, tokoh Alya ini dikisahkan telah… sudah ya, nanti saya jadi bikinspoiler donk, haha. Yang pasti sih Cinta, Maura, Milly dan Carmen bertemu dan sepakat untuk liburan bersama ke Yogyakarta, dengan memposisikan Mamet (Dennis Adhiswara) sebagai driver dalam perjalanan mereka dari Jakarta.
Beralih ke Rangga. Jujur ya, sebagai lelaki, saya adalah satu dari para pria Indonesia di luar sana yang mengutuk kelakuan tokoh Rangga ini. Dengan wajah tanpa ekspresi, muka datar seperti robot, dan gesture yang kaku seperti tidak mempunyai sendi tulang, tokoh Rangga berhasil membuat dunia milik seorang gadis imut nan mempesona yang tak layak untuk disakiti bernama Cinta, menjadi hancur-lebur luluh-lantak porak-poranda. Satu kata untuk tokoh Rangga “Jancuk”, hahaha –akhirnya berhasil juga saya mengeluarkan umpatan untuk tokoh ini-.
Namun demikian, diam-diam saya juga pernah mempraktekkan ekspresi muka dingin ala Rangga ke salah satu teman perempuan saya. Maksudnya, saya menjadikan Rangga ini sebagai role model begitu. Hasilnya? Teman perempuan saya malah melempari saya dengan sepatu high heels-nya.
Nah dalam AADC 2, Rangga sudah memangkas habis rambut kriwilnya. Rangga tinggal di New York yang saat itu mengikuti ayahnya. Suatu ketika seorang perempuan muda datang ke kedai kopi yang dia kelola untuk meminta pulang ke Indonesia, lebih tepatnya ke Yogyakarta, untuk menengok ibunya. Dan di sinilah awal mula pertemuan Cinta dengan Rangga, yang secara kebetulan sama-sama berada di Yogyakarta. Well…Jogja itu luas, men, kok bisa-bisanya mereka bertemu. Saya saja yang sudah bertahun-tahun tinggal di sini, belum ketemu jodoh saya. Apa sih? Haha.
AADC 2 yang sudah lama dinantikan ini memang akan memberikan ruang bagi memori kita untuk bernostalgia dengan karakter-karakter di atas. Nah, ngomong-ngomong soal nostalgia, apakah ada di antara Anda, para pembaca, yang ingin mengajak gank Anda menonton film ini? Bisa gank Anda saat ini, atau bisa jugagank lawas Anda yang sudah lama tak bersua dan bertegur sapa.
Mengajak serta pasangan Anda (baik sudah resmi dalam pernikahan, maupun yang masih berstatus pacaran) pun juga diperbolehkan. Tapi pastikan bahwa pasangan Anda tertarik dan mampu menikmati film bergenre drama seperti ini ya.
Lalu bagaimana dengan pembaca yang masih berstatus single, alias jomblo? Tips untuk para jomblo di luar sana. Saat ingin menyaksikan film ini, ajak teman-teman Anda yang sesama jomblo juga. Bila perlu bikin club. Seperti di Yogyakarta sini ada komunitas Twitter @NontonYk yang mempunyai jargon “anti nonton piyambakan”, yang kurang lebih artinya adalah anti menonton film di bioskop sendirian karena kami beramai-ramai sesama jomblo.
Oya satu lagi, mengajak mantan bagaimana? Kan tadi bilangnya nostalgia. Soal mantan saya no comment dech. Haha.
Overall, film AADC 2 ini ingin menghadirkan nostalgia, menghadirkan kembali sosok yang pernah hadir di masa lalu untuk ditampilkan di masa kini, dan menghadirkan kembali ingatan memori dan ikatan emosi yang dulu pernah timbul. AADC 2 juga ingin mengingatkan kita untuk kembali peduli kepada sahabat-sahabat kita yang telah lama tidak bertemu. Siapa tahu mereka sedang mengalami kesulitan yang sebenarnya bisa kita bantu solusinya.
Bisa jadi mereka mempunyai kabar bahagia yang ingin mereka ceritakan kepada Anda. Atau bisa juga mereka sebenarnya mempunyai rahasia terpendam yang sudah lama ingin mereka ceritakan kepada Anda (Spoiler alert, ini tentang Carmen dan Alya. Penasaran kan?).
Jadi melalui AADC 2, duet Mira-Riri ingin mengajak kita untuk tidak hanya ingin berfokus pada diri kita sendiri, namun juga untuk menoleh sejenak kepada orang-orang yang kita sayangi yang sama-sama mempunyai kepentingan masing-masing. Bisa kepada orangtua, saudara, sahabat kekasih kita, tetangga kita dan pada siapa saja. Mari kita bernostalgia bersama.
Tulisan ini diedit oleh sahabat saya, mba Ecka Wahyu Pramita (jurnalis majalah Kartini), dan dimuat di website bersatoe.com pada tanggal 28 April 2016, dengan hit view 1000 pembaca dalam waktu 3 hari.
http://bersatoe.com/2016/04/28/nostalgia-itu-bernama-ada-apa-dengan-cinta/
Komentar
Posting Komentar