Wahyu saat mengikuti acara Gathering Positif Bermedia Sosial 2019. (Dokumentasi pribadi) |
Halo,
kawan. Lama juga ya kita tidak berjumpa. Kali ini, Wahyu ingin bercerita kepada
kamu semua, bahwa Wahyu baru saja mengikuti sebuah acara yang keren banget.
Jadi pada hari Senin, 20 Mei 2019 yang lalu, Wahyu berkesempatan untuk
mengikuti acara Gathering Positif Bermedia Sosial yang diadakan oleh Kemenko
PMK RI (Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik
Indonesia) dan GNRM (Gerakan Nasional Revolusi Mental), yang berlokasi di Desa
Wisata Pulesari, Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. Tepatnya acara
ini diadakan di Pendopo Utama Desa Wisata Pulesari, Wonokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman.
Acara yang
bertema “Pembangunan Karakter yang Berwawasan Budaya Menuju Indonesia Mandiri”
ini mengundang banyak pelaku digital yang berasal dari generasi muda yang ada di
Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti menghadirkan para penggiat komunitas,
blogger, vlogger, netizen aktif generasi muda, serta para penggiat media sosial.
Acara ini dipandu oleh seorang MC senior dari Yogyakarta, yaitu mas Anang
Batas. Oh ya, dalam kesempatan ini, Wahyu bersama dengan seorang kawan bernama
Prima, hadir mewakili dari profesi blogger, karena Wahyu mendapatkan undangan
dari Blogger Crony Community, dimana Wahyu dan Prima tergabung di dalamnya
sebagai anggota.
ara Pembicara berfoto bersama beberapa peserta. (Dokumen GNRM) |
Pada acara
ini terdapat segmen bincang-bincang (talkshow) yang menghadirkan empat orang
pembicara, yang kesemuanya mengajak para peserta untuk tetap bijak dalam
menggunakan media sosial, baik itu Twitter, Facebook, Instagram, blog, vlog,
dan sebagainya. Pembicara pertama adalah GKR Hayu, yang bertindak selaku penghageng
Tepas Tandha Yekti, sebuah divisi yang ada di Keraton Kasultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat yang bertugas menangani urusan IT dan dokumentasi. Beliau
membawakan tema “Mengenali Jati Diri Warisan Budaya dan Kiprah Kasultanan di
Era Milenial". Salah satu pesan yang beliau sampaikan adalah “Modernisasi
itu tidak selalu berarti Westernisasi. Budaya Jawa juga bisa Modern”.
Pembicara
kedua adalah ibu Tri Mumpuni, Anggota Gugus Tugas Nasional GNRM (Gerakan
Nasional Revolusi Mental), yang memaparkan tema Aksi Nyata Revolusi Mental :
Menjaga Hati. Pembicara ketiga adalah bapak Wahyu Aji, yang merupakan CEO Good
News From Indonesia, serta bapak Noudhy Valdryno, Facebook Indonesia, yang
menjadi pembicara keempat. Kedua pembicara berpesan untuk tetap menggunakan
media sosial secara positif untuk keberlangsungan Indonesia yang lebih baik.
Keempat pembicara ini dipandu oleh bapak Said Hasibuan dari Relawan TIK selaku
moderator. Segmen bincang-bincang ini berlangsung seru, karena di antara
pembicara dan peserta terlibat sebuah diskusi yang hangat, yang sama-sama
sepakat untuk menggunakan media social secara bijak dan positif demi keutuhan
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Setelah
acara bincang-bincang, para peserta disuguhi sajian Tari Salak yang merupakan
tari kreasi baru yang menggambarkan tentang Desa Wisata Pulesari Kecamatan
Turi, yang identik dengan perkebunan salak. Selanjutnya, para peserta dibagi
menjadi tiga kelompok, yang semuanya dinamai dengan tiga prinsip dasar Gerakan
Nasional Revolusi Mental, yakni Integritas, Etos Kerjam dan Gotong Royong, yang
kemudian peserta dipersilakan untuk menikmati beragam kegiatan yang ada di
dalam Paket Wisata Desa Wisata Pulesari Wonokerto ini, yakni Kegiatan Susur
Desa (Field Trip), Kegiatan menikmati Permainan Rakyat,
dan mengikuti Kegiatan Olahraga
Tradisional.
Karena
Wahyu termasuk di dalam kelompok Etos Kerja, maka kelompok Etos Kerja
mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kegiatan Olahraga Tradisional, kemudian
kegiatan Permainan Rakyat, dan terakhir adalah kegiatan Susur Desa. Untuk
kelompok lain seperti kelompok Integritas dan kelompok Gotong Royong,
kegiatannya sama persis, hanya urutannya saja yang berbeda.
Wahyu dan beberapa peserta tengah mencoba melakukan Jemparingan. (Foto oleh Ang Tek Khun) |
Kegiatan
menikmati Olahraga Tradisional diawali dengan mengikuti aktifitas olahraga
Jemparingan, yang mirip dengan panahan. Yang membedakan adalah Jemparingan
merupakan aktifitas olahraga panahan yang menggunakan peraturan dan tata cara
khas Jawa, yang di antaranya seperti penggunaan pakaian tradisional Jawa
(seperti beskap untuk pria, dan kebaya untuk wanita), kegiatan Jemparingan yang
dilakukan dalam posisi duduk bersila, bahan busur (jemparing) yang terbuat dari
material kayu. Walaupun Wahyu pernah melakukan kegiatan panahan sebelumnya,
ternyata melakukan Jemparingan ini terasa perbedaannya. Ternyata busur dan tali
busurnya itu sangat berat untuk ditarik. Sebuah tantangan yang mengasyikkan.
Kemudian setelah melakukan Jemparingan, peserta diajak untuk menikmati atraksi
pencak silat dari Kelompok Satria Tama, yang berasal dari Desa Wonokerto, yang
dimana pencak silat merupakan olahraga asli Indonesia tercinta.
Beberapa anak-anak warga Desa Wisata Pulesari Wonokerto tengah melakukan permainan rakyat, dengan menggunakan busana tradisional. (Dokumentasi pribadi) |
Kegiatan
kedua adalah menikmati kegiatan Permainan Rakyat, seperti egrang, dakon,
bakiak, telepon benang, dan sebagainya. Kegiatan ini dipandu oleh kakak-kakak
dari Komunitas Kampoeng Hompimpa, sebuah komunitas yang peduli pada kelestarian
permainan rakyat Indonesia yang hadir dari keprihatinan melihat generasi muda
dan anak-anak Indonesia yang menghabiskan waktunya lebih banyak menggunakan
gawai (gadget) daripada bermain secara langsung di dunia nyata. Permainan
rakyat ini diperagakan oleh anak-anak warga Desa Wisata Pulesari Wonokerto
dalam balutan pakaian tradisional. Sungguh menyenangkan bagi Wahyu, ketika
melihat beragam permainan rakyat Indonesia ini dimainkan, menjadi semacam
pemutaran memori mengenang masa lalu saat Wahyu masih anak-anak di era ‘90an.
Wahyu saat mengikuti kegiatan Susur Desa. (Foto oleh Ang Tek Khun) |
Kegiatan
terakhir adalah kegiatan Susur Desa, yang terdiri atas menyusuri sungai-sungai
kecil yang ada di Pulesari yang kemudian menyusuri area perkebunan salak, yang
kemudian mendapatkan oleh-oleh olahan salak yang merupakan sajian khas dari
Desa Wisata Pulesari Wonokerto. Kegiatan Susur Desa ini dimaksudkan agar para
peserta dapat menikmati keindahan panorama alam yang ada, dan semakin
meningkatkan kembali kesadaran untuk melestarikan lingkungan. Oh ya, saat Wahyu
pulang, Wahyu dan peserta lain mendapatkan goody bag yang salah satu isinya
adalah sedotan stainless steel, yang merupakan salah satu upaya pelestarian
lingkungan dengan mengurangi sampah sedotan plastik. Keren banget ya tujuannya. Dan ketiga kegiatan tersebut sama-sama bertujuan positif, yang sesuai dengan tema Revolusi Mental semua ya, kawan.
Demikianlah
secuplik cerita Wahyu selama mengikuti acara Gathering Positif Bermedia Sosial
yang diadakan oleh Kemenko PMK RI (Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan Republik Indonesia) dan GNRM (Gerakan Nasional Revolusi Mental),
yang berlokasi di Desa Wisata Pulesari, Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman yang lalu. Wahyu ingin mengucapkan terima kasih kepada Blogger Crony
Community atas undangannya, terima kasih pula kepada Kemenko PMK RI dan GNRM
yang sudah mengadakan acara bagus nan keren ini. Wahyu juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada kamu yang sudah meluangkan waktu untuk menyimak cerita
Wahyu kali ini. Kita berjumpa di cerita Wahyu berikutnya ya.
Komentar
Posting Komentar