Mari Berkunjung ke Pekan Budaya Difabel 2022

Saya bersama Kak Cublik Sulistyo, pada acara Jumpa Media Pekan Budaya Difabel 2022.
(Foto oleh Iffa Jayana)


Hai hai, kesayangan. Saya mau ngasih tahu lho kalau Pekan Budaya Difabel hadir lagi tahun ini. Kali ini, Pekan Budaya Difabel 2022 mengusung tema “Ngayomi Ngayemi”. FYI, Pekan Budaya Difabel (PBD) ini adalah sebuah kegiatan yang berkaitan erat dengan keterlibatan kawan-kawan disabilitas yang dalam penyelenggaraannya didukung oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang tadinya bernama Jambore Difabel. Nah, Jambore Difabel ini tuh dulu diselenggarakan secara annual sejak tahun 2016, trus sejak tahun 2019, kemudian berganti nama, atau istilahnya bertransformasi menjadi Pekan Budaya Difabel. Dan penyelenggaraannya tetap sama, yakni secara annual, setahun sekali.

Biasanya tuh kalau PBD ini diselenggarakan di area dalam Kota Yogyakarta, seperti pada penyelenggaraan PBD 2019 yang diadakan di area Gedung Societet Military Taman Budaya Yogyakarta. Cuman, kali ini, PBD 2022 mengambil lokasi yang out of the box. Yakni berlokasi di wilayah perdesaan, yang adalah di Desa Wisata Kebon Agung, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jumpa Media Pekan Budaya Difabel 2022

Pada hari Sabtu, 26 November 2022 yang lalu, saya dan beberapa rekan KOL (Key Opinion Leader) Yogyakarta, serta rekan-rekan media Yogyakarta, baik media cetak, media elektronik, dan media digital, berkesempatan menghadiri undangan Jumpa Media dalam rangka penyelenggaraan Pekan Budaya Difabel 2022 “Ngayomi Ngayemi”, yang berlokasi di Pendapa Kundha Kabudayan (Dinas Kebudayaan) DIY,  Jl. Cendana No.11, Semaki, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55166.

Saya bersama para narasumber pada acara Jumpa Media Pekan Budaya Difabel 2022.
(Foto Istimewa)


Pada saat Jumpa Media dalam rangka Pekan Budaya Difabel 2022, menghadirkan narasumber Ibu Dra. Y. Eni Lestari Rahayu (Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat, Tradisi, Lembaga Budaya dan Seni), dan Bapak Drs. Aryanto Hendro Suprantoro (Kepala Seksi Seni) dari Dinas Kebudayaan DIY. Juga menghadirkan Kak Broto Wijayanto selaku Ketua Panitia & Pimpinan Produksi Pekan Budaya Difabel 2022. Dan tentunya juga menghadirkan Bapak Patoni yang menjadi perwakilan dari Desa Wisata Kebon Agung Imogiri, dan Kak Cublik Sulistyo yang merupakan perwakilan penyandang disabilitas dari Desa Wisata Kebon Agung Imogiri. Acara Jumpa Media ini berlangsung meriah, walaupun saat itu, Kota Yogyakarta sedang dilanda gerimis yang menambah nuansa syahdu dan manja.

M Arif Wijayanto atau yang lebih akrab dipanggil Broto Wijayanto selaku Ketua Panitia dan Pimpinan Produksi menyatakan bahwa alasan dipilihnya Desa Wisata Kebon Agung Imogiri ini adalah untuk menggaungkan geliat  wisata  perdesaan  dengan  alamnya  yang masih asri dan dilengkapi dengan spot wisata Bendung Tegal serta kuliner khas mie-ayamnya. Dan juga karena ada keinginan untuk sejenak menggeser kepedulian terhadap kawan-kawan difabel di wilayah perdesaan, yang artinya kita juga harus hadir di tengah- tengahnya, apalagi Imogiri menjadi kawasan yang beberapa warganya merupakan penyandang disabilitas akibat Gempa Bantul 2006 silam.

 

Suasana acara Jumpa Media Pekan Budaya Difabel 2022.
(Foto Istimewa)

Selanjutnya mengenai tema “Ngayomi Ngayemi” ini Broto juga menuturkan bahwa itu terpikirkan dari keberadaan daun dan pohon pisan yang banyak tumbuh di desa. Ya, daun pisang memang menjadi icon penting pada logo Pekan Budaya Difabel 2022 kali ini. “Karena di lingkungan perdesaan terdapat banyak pohon pisang, maka helatan inipun berangkat dari sana. Bahwa dengan pohon pisang kita bisa berlindung memayungi diri. Di samping itu, dengan daun pisang juga kita bisa menjadi ayem karena bisa terhidang banyak makanan lezat. Tak lain karena banyak kudapan enak yang membuatnya adalah dengan daun pisang; ada tempe, nagasari, lemper, dan makanan lainnya,” tutur Broto Wijayanto.

Broto Wijayanto menambahkan jika dia mengambil filosofi dari kata dasar berbahasa Jawa yakni “ayom” dan” “ayem” yang memiliki padanan kata ‘berlindung’ dan ‘berbahagia’. Dari sini bisa didefinisikan bahwa dengan tema “Ngayomi Ngayemi”, ada cita-cita ataupun keinginan untuk bisa saling melindungi sekaligus membahagiakan, termasuk di antara kita dengan kawan pun sahabat difabel semua, sehingga ‘inklusivitas’ itu secara tidak langsung dapat tercipta. Beliau juga menambahkan jika tujuan diadakannya PBD 2022 ini juga untuk meningkatkan awareness dan kepedulian masyarakat terhadap para penyandang difabilitas, dan meningkatkan keterlibatan mereka.

Drs. Aryanto Hendro Suprantoro menambahkan bahwa ketika berbicara perihal kebudayaan secara inklusi, artinya kita juga harus berpikir mengenai keberadaan sekaligus peran aktif kawan-kawan difabel, bukan sebatas subjek tapi juga objek. Imogiri adalah salah satu lokasi yang tepat. “Jika kebanyakan daerah di provinsi lain hanya sebatas menyelenggarakan Pekan Olah Raga, maka ada hal yang patut kita banggakan di sini, yaitu kita juga memiliki Pekan Difabel yang sudah rutin kita selenggarakan setiap tahun. Sementara itu dengan kita merapat di desa, secara tidak langsung kita pun akan bisa saling sharing kebudayaan, termasuk bisa memahami budaya serta kebutuhan teman-teman difabel,” ungkapnya.

Dra. Y. Eni Lestari Rahayu, dari Dinas Kebudayaan DIY menyatakan bahwa beliau memiliki harapan untuk Pekan Budaya Difabel 2022 kali ini benar-benar memberikan dampak positif bagi masyarakat desa, baik itu difabel ataupun non difabel. “Selain menjadi kegiatan unggulan, saya berharap Pekan Difabel kali ini juga bisa memberi dampak nyata bagi perkembangan desa, sehingga tercipta secara nyata masyarakat inklusi itu,” tutur Ibu Eni.

Materi promosi Pekan Budaya Difabel 2022.
Cublik Sulistyo menuturkan bahwa sebagai penyandang difabilitas, dia juga masih mampu berkarya dan berprestasi. Salah satunya adalah dengan dia mempunyai jiwa entrepreneurship dengan mempunyai UMKM yang bergerak di bidang peternakan ayam dan industry rumah tangga pembuatan telur asin. Dia sendiri juga merupakan atlet Paralimpik yang pernah beberapa kali mewakili Propinsi DIY pada perhelatan olahraga. DIa ingin memotivasi teman-temannya sesama penyandang difabilitas, dan masyarakat umum, bahwa para penyandang difabilitas juga tetap dapat berprestasi dan mempunyai keterampilan.

Patoni, yang merupakan perwakilan masyarakat Desa Wisata Kebon Agung, Imogiri menyatakan bahwa dengan diadakannya PBD 2022 di wilayah tempat tinggalnya, diharapkan dapat mengedukasi dan menambah pengalaman warga di lokasi sekitar tempat tinggalnya bahwa para difabel juga mempunyai semangat hidup dan kreatifitas yang tinggi di berbagai bidang. Bahkan dia juga mengenal beberapa sosok difabel yang mempunyai karya, prestasi, dan kerajinan, salah satunya adalah temannya sendiri, Cublik Sulistyo tersebut. Dia juga berharap, dengan adanya PBD 2022 ini juga dapat meningkatkan tingkat kunjungan ke Desa Wisata Kebon Agung, Imogiri ini.

Pekan Budaya Difabel 2022 ini akan digelar selama 6 hari sejak tanggal 28 November hingga 3 Desember 2022, yang bertepatan dengan Perayaan Hari Difabel Internasional. Dengan berlokasi di area Bendung Tegal Jayan, Desa Wisata Kebon Agung Imogiri, PBD 2022 akan menghadirkan pertunjukan oleh Puser Bumi yang merupakan kelompok musik asli Yogyakarta dengan masing- masing anggotanya adalah difabel tuna-netra. Juga akan tampil komunitas tari Nalitari dan komunitas Bawayang (para difabel tuli). Komunitas Punokawanito juga akan tampil pada gelaran PBD 2022 ini. Selain itu, juga akan ada berbagai pertunjukan, workshop bahasa isyarat, workshop menganyam, workshop mengecat kentongan, workshop memasak dengan dipandu chef yang penyandang difabel tuli, workshop ecoprint, pasar rakyat, dan masih banyak lagi, yang tersaji dalam 3 panggung. Juga akan diadakan acara mancing bareng dan pameran lukisan dari Jogja Disability Art. Dan rencananya, akan juga tampil pertunjukan wayang kulit dari dalang penyandang difabilitas, Ki Kevin dari Gunungkidul. Juga akan diundang salah satu pelaku seni terkenal berinisal N, yang akan menjadi surprise untuk para penonton.

PBD 2022 ini melibatkan para murid SLB yang ada di wilayah DIY dan komunitas difabilitas yang bergerak di bidang seni budaya dengan presentasi 60 % sebagai panitia dan pengisi acara. Tak hanya komunitas seni budaya dari penyandang difabilitas yang berlokasi di DIY saja, namun juga yang berasal dari Bali, Lampung, dan Malang.

Sebagaimana helatan tahun-tahun sebelumnya, semua program acara yang dipersembahkan dalam Pekan Budaya Difabel tahun 2022 kali ini tetap bisa dinikmati oleh publik secara gratis tanpa dipungut biaya. Diselenggarakannya perhelatan Pekan Budaya Difabel tahun 2022 kali ini selain diprakarsai oleh beberapa kelompok pegiat seni-budaya yang beririsan dengan kawan-kawan difabel, didukung pula oleh Dana Keistimewaan melalui Dinas Kebudayaan Yogyakarta.

MEDIA KOMUNIKASI PBD 2022
Narahubung                       : Utroq Trieha (+62 8989 8686 12) dan Desi Puspitasari (+62 857 0857 4637)
Informasi dan Sosmed   :
Surel                                   :   yog.pekanbudayadifabel@gmail.com
Instagram                           :   @pekanbudayadifabel
Tiktok                                 :   @pekanbudayadifabel
Facebook                            :   @pekanbudayadifabel
Twitter                                :   @pekandifabel




 

Komentar